Observasi Lapangan Kejadian Bog-Burst di Pulau Bengkalis

Kusairi24 August 20235min00

Pada tanggal 16-20 Agustus 2023 Team Peneliti Pusat Unggulan Iptek Gambut dan Kebencanaan, PUI-GK (CPDS) Sigit Sutikno, Muhamad Yusa, Ahmad Muhammad, Rinaldi bersama peneliti dari Politeknik negeri Bengkalis, Hendra Saputra melakukan kunjungan dan observasi lapangan di lokasi kejadian bencana longsor (bog-burst) di Pulau Bengkalis. Kegiatan tersebut dilakukan dalam rangka pelaksanaan Program Matching Fund, Kedaireka yang bermitra dengan BRGM (Badan Restorasi Gambut dan Mangrove) Republik Indonesia. Kunjungan difokuskan di Desa Simpang Ayam dan Desa Muntai Barat yang mengalami kejadian bencana bog-burst di akhir tahun 2021 lalu. Berharap dengan adanya observasi lapangan ini, bisa didapatkan alternatif-alternatif solusi untuk mitigasinya.

Kunjungan tersebut dimaksukan juga untuk melihat lokasi-lokasi yang akan dipasang beberapa alat monitoring parameter penyebab utama kejadian bencana tersebut, diantaranya adalah 1. Alat pendeteksi pergerakan tanah secara real time, 2. alat pantau pergerakan muka air tanah otomatis, 3. Alat monitoring cuaca, 4. Kamera CCTV, dll.

Foto di samping ini adalah salah satu titik lokasi kejadian bog-burst yang berada di Desa Muntai Barat, sekitar 1.7 km sisi Barat Pantai Raja Kecik. Pantai Raja Kecik menjadi lokasi wisata yang cukup terkenal di kawasan ini, terlebih semenjak Presiden RI pernah datang ke sini pada 28 September 2021.

Bersama Bapak Kepala Desa Muntai Barat, Team Peneliti CPDS berusaha merekonstruksi kejadian di masa lalu bagaimana lahan gambut di desa Muntai Barat terjadi berdasarkan bukti-bukti yang dijumpai di lapangan. Bukti-bukti tersebut diantaranya adalah bekas perakaran pohon mangrove dan pohon nibung yang masih nampak jelas dikenali walau sudah tertimbun lahan gambut selama ribuan tahun. Berdasarkan temuan ini diduga bahwa, dulunya lokasi ini merupakan kawasan garis pantai, kemudian selama ribuan tahun kemudian terbentuklah gambut yang menyebabkan kawasan ini menjadi daratan. Sedangkan garis pantainya bergeser ke arah laut hingga sekitar 1 Km. Namun, daratan itu saat ini sudah hilang kembali akibat abrasi dan lokasi ini kembali menjadi lokasi garis pantai seperti dahulu, dan kemungkinan akan terus bergeser ke arah daratan jika tidak ada mitigasi.

Gambar ini menyajikan bukti dari “pohon purba” yang sudah terpendam selama ribuan tahun dimana komponen-komponen pohon lainnya sudah terdekomposisi menjadi material gambut (organic material). Sisa dari pangkal pohon ini tersingkap lagi ke permukaan, karena material lainnya sudah tererosi dan terbawa oleh arus dan gelombang laut. Hasil temuan ini menunjukkan bahwa, lokasi ini dulunya juga merupakan hutan rawa gambut (peat swamp forest).

Pembuatan sumur pantau untuk monitoring fluktuasi muka air tanah. Posisi muka air tanah merupakan parameter penting penyebab terjadinya bencana lonsoran lahan gambut (bog-burst)
Pengukuran soil resistivity menggunakan AIDU Golden Rod di sekitar pantai Desa Muntai Barat
Pemetaan foto udara menggunakan UAV Drone Phantom 4 Pro pada lokasi kejadian bencana abrasi di desa Muntai Barat
Pengukuran soil resistivity menggunakan AIDU Golden Rod di sekitar pantai Desa Simpang Ayam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

TEST